Pernahkah ita mendengar orangtua atau kakek/nenek berkata “Anak jaman sekarang tuh mau enaknya aja. Dulu kita kalu mau ngapa-ngapain harus susah-sudah dulu. Sekolah harus jalan kaki terus naik kendaraan umum, boro-boro beli mainan, yang ada harus bikin. Sekarang mau apa-apa tinggal minta, beli. Makanya anak jaman sekarang ga tahan banting”
Hmmm pendapat itu memang secara data ada benarnya. Sebuah penelitian sederhana yang dilakukan oleh 3 Psikolog pendidikan mengatakan bahwa remaja kota besar berusia 14-19 tahun cenderung memiliki daya juang yang rendah, motivasi berprestasi yang kurang, dan daya tahan stress yang rendah. Hal ini terjadi karena banyaknya kemudahan yang didapatkan oleh remaja sejak masa kanak-kanaknya. Sehingga jika bertemu dengan masalah atau rintangan cenderung balik badan dan menghindar. Takut sama masalah, kalau bahasa sederhananya. Kenapa? Karena tidak terbiasa.
Hei, tapi ada juga kok remaja yang strong, berani menghadapi masalah. Hanya saja jumlahnya jauh lebih sedikit. Anak-anak seperti ini diajarkan untuk memahami proses… dan terbiasa mandiri. Dan yang paling penting merea diajaran untuk menyukai tantangan. Yup mereka paham prinsip “makin susah makin asik”. Tantangan yang sedang dihadapi bukan membawa kegagalan mencapai keinginan/keberhasilan, tapi juga ajang mengasah kemampuan diri. Jadi ketika berhasil mendapatkkan ang diinginkan, kepuasanya dobel. Puas karena berhasil, dan puas karena bisa mengalahkan tantangan sekaligus diri kita bertambah kuat.
So guys, coba deh ganti pandangan terhadap tantangan. Masalah, so what?! Just deal with it. Malah alau dihindari, ga akan selesai, tapi semakin menghantui. Yang ada kita jadi worry terus-terusan.
Orangtua, ayo mulai sekarang ajak anak lebih menyukai tantangan..jangan mengambil alih tugas mereka, tapi dampingi mereka menjalani tantangannya. Sehingga anak kita tidak termasuk anak jaman sekarang yang digunjingkan orang-orang, tapi ketika mereka sedang mengeluhkan mental anak jaman sekarng, anda bisa berkata “ahh siapa bilang, anak gw ga gitu kok” dengan wajah bangga.
Dinda Nocyandri.,M.Psi.Psikolog