Istilah kecerdasan majemuk atau biasanya lebih sering disebut dengan Multiple Intelligence pasti sudah sering terdengar di telinga. Saat ini IQ sebagai penentu tunggal kecerdasan individu sudah mulai ditinggalkan. Teori Howard Gardner yang mengatakan bahwa setiap orang pasti memiliki paling tidak 1 jenis kecerdasan mulai disosialisasikan secara gamblang. 8 kecerdasan majemuk yang digolongkan oleh Howard Gardner adalah kemampuan berbahasa, logika matematika, interpersoal, intrapersonal, kecerdasan gerak, naturalistik, spasial, musikal.

Selama bertahun-tahun berkecimpung di dunia pendidikan, saya banyak menemukan hal yang sangat menarik. Sebenarnya kecerdasan majemuk itu lebih dalam dan lebih majemuk dari yang diduga. Sebagai contoh, saya memiliki kecerdaan bahasa. Saya kerapkali menjadi pembicara dalam seminar-seminar dan mampu menciptakan berbagai macam hasil karya tulisan. Namun saya tidak memiliki kecerdasan bahasa yang dimiliki teman saya. Sebut saja A. Dengan kata-kata, ia bisa mempengaruhi banyak orang untuk membeli barang apapun yang ia jual. Orang lain dengan mudah menyetujui argumennya terhadap barang yang ia tawarkan, sehingga orang yang tadinya tidak butuh barang tersebut pun akan membelinnya. “batu pun kalo ada di tangan gue, pasti laku terjual”, begitu katanya sambil tertawa kecil. Tapi A tidak memiliki kecerdasan bahasa seperti B yang seorang penyiar radio. Hanya dengan suara dan ucapan-ucapannya, ia mampu berbicara berjam-jam memberikan informasi dan menghibur pendengar yang sedang terjebak macet. Terkadang penyiar juga bia membuat pendengarnya tertawa sendiri mendengar celotehannya. Penyiar mampu memformulasikan materi yang diberikan ke dalam bahasa yang menarik dan tidak membosankan, serta mampu mengrjakan beberapa hal sekaligus seperti memilih lagu dan iklan yang perlu diperdengarkan.

Lalu lain lagi dengan cerita teman saya yang seorang guru seni rupa. Ia membantu calon mahasiswa mempersiapkan diri menghadapi tes saringan masuk kuliah di jurusa yang berhubugan dengan gambar. Semua muridnya sangat berbakat dalam menggambar, namun tidak semua arena seni lukis dikuasai. Misalnya murid yang bernama C sangat mudah menciptakan desain gambar struktur bangunan, karena memiliki kemampuan daya imajinasi 3 dimensi yang kuat. “Dia bisa langsung dapet ukuran perspektifnya”,” tapi D ketika disuruh gambar gedung kesulitan. Giliran disuruh gambar yang berhubugnan dengan seni rupa murni, daya imajinasinya langsung keluar dan hasilnya kereennnn banget”, begitu menurut kesaksian guru tersebut.

Berdasarkan 2 kasus tersebut saya harap kta semua dapat memahami intinya. Bahwa jenis kecerdasan yang dimiliki seseorang bisa sangat spesifik. Jadi tidak boleh puas hanya mengetahui jenis kecerdasan majemuk yang dimiliki, namun kita masih harus tetap mengeksplorasi hingga menemukan area yang spesifik dari kemampuan kita. Sebab hal ini merupakan modal yang berengaruh jika ingin mempersiapkan diri untuk kuliah dan bekerja. Gali lebih dalam, temukan karakter yang mendukung kecerdasan kita.

Dinda Nocyandri,M.Psi.,Psikolog