“ jadi maksudnya kita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, wong lulusan SMP aja bisa jadi mentri?”, “ mentri kok bertato, ngerokok, tamatan SMP? Kalimat-kalimat sejenis terbaca ketika saya melihat recent update BBM, banyak status yang menyinggung salah satu mentri dengan latar belakang hanya lulusan SMP. Saya pernah juga mendengar bahwa seorang yang menguasai bisnis retail di negara ini hanyalah lulusan SMA. Hidupnya dulu susah, naik angkot ke sana kemari, makan hanya nasi putih dan telur rebus. Itupun ia makan sambil berdiri di antrian kereta api supaya tidak terlambat bekerja. Lalu ada lagi kisah hidup yang saya kagumi. Seorang tukang becak di Yogyakarta yang bukan saja berhasil bertahan hidup, namun juga sangat terkenal di kancah internasional, bahkan menjadi icon dari website terkenal. Dengan kemauan yang kuat untuk belajar dan kreativitas yang tinggi, ia menjalani pekerjaan sebagai tukang becak dengan menggunakan jejaring media facebook. Turis-turis mancanegara memesan jasanya melalui facebook. Sangkin banyaknya orderan, turis-turis itu pun harus “waitung list” jika ingin menaiki becak sekaligus tur keliling Yogya.
Fakta ini sangat menarik perhatian dan membuat kita untuk lebih melihat lebih dalam mengenai manusia sebagai ciptaan tertinggi. Tuhan menciptakan kita dengan kemampuan. Baik kemampuan secara intelegensi maupun kemampuan mental. Setiap orang pasti memiliki masalah yang menjadikan situasi tidak mendukung untuk berbuat lebih pada satu saat. Namun berkat anugerah yang berupa gairah, daya kreatif, kepandaian, kemampuan untuk memilih, serta kompetensi lainnya situasi yang tidak mendukung bisa menjadi media untuk mendulang kesuksesan di kemudian hari.
Ibarat gunung es, yang terlihat di permukaan hanyalah sebagian kecil / puncaknya saja, padahal di bagian bawah yang tertutupi air tersembunyi sebagian besar dari gunung tersebut. Bukan sekedar titel atau gelar yang berhasil ditempuh seseorang, bukan soal seberapa tinggi dia mencapai sebuah kesuksekan, namun bagaimana seseorang berjuang dalam keterbatasan untuk bertahan dan berhasil keluar dari kondisi tersebut. Tidak hanya keluar dari kondisi, namun juga menaklukkan tantangan dan memberi bantuan bagi banyak orang. Terkadang kita hanya melihat orang lain secara skeptis, hanya berdasarkan yang terlihat dan terbentuk oleh stuasi. namun sebenarnya banyak faktor yang patut kita pelajari dari orang lain seperti daya juang hidup, bakat, kreativitas, ketekunan menjalani proses.
Menuntut ilmu setinggi mungkin sangat penting demi membentuk pola pikir yang semakin bijaksana secara utuh. Namun karena situasi tertentu, bagi sebagian orang pendidikan diraih dengan jalan hidup yang lain. Esensi yang patut kita pelajari adalah kita perlu melihat manusia lebih dalam, meyakini bahwa setiap kita dianugrahi potensi, dan menghargai pengalaman sesama sebagai guru, maka kita akan mendapatkan ilmu dan nilai penting yang berguna bagi kehidupan kita.
Dinda Nocyandri,M.Psi.,Psikolog